Kalsel.radigfamedia.online, Banjarmasin — Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional serta HUT Museum Waja Sampai Kaputing (WASAKA), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan menyelenggarakan Lomba Edukatif Kultural Museum Mading 3 Dimensi (3D) bertema "Revolusi Fisik Kalimantan Selatan."
Dinas Pendidikan Kalsel Gelar Lomba Edukatif Museum Mading 3D, Peringati Sejarah Revolusi Fisik Banjar - Foto MC Kalsel |
Kegiatan ini bertujuan memperdalam pemahaman generasi muda tentang peristiwa bersejarah di Kalimantan Selatan, terutama perlawanan masyarakat Banjar terhadap penjajahan Belanda yang dipimpin NICA.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel, Raudati Hildayati, menjelaskan bahwa lomba ini adalah bagian dari program publik museum untuk menambah wawasan peserta tentang Museum Wasaka dan sejarah revolusi fisik di Kalimantan Selatan.
“Lomba ini tidak hanya merayakan Hari Pahlawan dan HUT Museum Wasaka, tetapi juga menjadi sarana untuk mengenalkan Museum Wasaka yang ada di Kota Banjarmasin kepada generasi muda,” jelas Raudati pada (11/11/2024)
Perlawanan rakyat Banjar terhadap NICA, yang saat itu berusaha kembali menguasai Kalimantan Selatan dan menerapkan konsep negara federal ala Van Mook, menjadi tema utama kegiatan edukatif ini. Diharapkan, para peserta memahami nilai-nilai kepahlawanan dari sejarah tersebut.
Kepala Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman, Arry Risfansyah, menyampaikan bahwa lomba ini digelar di halaman Museum Wasaka pada 11-13 November 2024, didanai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) Biaya Operasional Pendidikan (BOP) non-fisik Museum Wasaka Banjarmasin. Adapun tema yang diusung adalah
"Pahlawanku Teladanku" untuk lomba melukis dan "Revolusi Fisik Kalimantan Selatan" untuk lomba Mading 3D.
Sebanyak 16 grup yang terdiri atas sembilan siswa dan satu pendamping dari SMA dan SMK di empat kabupaten/kota berpartisipasi dalam acara ini, dengan total 160 peserta. Para peserta akan dinilai oleh tiga juri berkompeten di bidangnya, yaitu Wajidi (ahli sejarah), Budi Kurniawan (jurnalis), dan Syahril (seniman).
“Kriteria penilaian meliputi kreativitas, keunikan, kesesuaian dengan tema, kebersihan, kerapian, serta kualitas presentasi setiap kelompok,” ungkap Arry.